Sakit Kepala dan Buku
Gambar dari: shbarcelona.com |
Tiba-tiba sakit kepala sebelah menyerangku. Kepala ini rasanya sakit dan keringat dingin keluar dari pori-pori kulit. Aku mual-mual. Tatapan mataku nanar berkuang-kunang melihat berjejer buku-buku terpajang di rak toko buku. Aku pusing. Tidak tahu, kenapa hal ini selalu terjadi pada saat berada di toko buku.
Hampir setiap Minggu siang dimulai
sejak pukul 12.00 WIB. Aku mengunjungi toko buku yang letaknya berada di pusat Kota
Serang dengan jarak 5 kilometeran dari rumahku. Entah kenapa rutinitas yang
jarang aku lakukan ini seperti sudah menjadi panggilan jiwa. Biasanya, aku
berkunjung ke toko buku hanya sekali dalam sebulan. Itu juga kalau lagi ada waktu
dan niat. Namun, sudah beberapa bulan ini sering aku lakukan. Apakah karena aku
sedang ketagihan membaca buku sehingga setiap kali melihat buku-buku baru berjejeran
rasanya tidak ingin pulang. Selalu ingin memandangi dan membaca isinya meskipun
tidak ada niat untuk membilnya. Itulah hobi baru yang sedang aku tekuni.
Mungkin aku sedang terjerat virus buku atau memang sedang depresi karena
terlalu banyak baca buku.
Memang indah dan menyenangkan bila
berada di toko buku. Apalagi berlama-lama menatap satu per satu buku-buku yang
baru cetak. Rasanya dada ini bergolak tidak ada hentinya. Mengeja tiap judul
buku dan membaca sekilas sinopsis ceritanya. Ada kecemburuan menyesak dada sehingga
membangkitkan amarah untuk bersaing tak mau kalah dengan penulis-penulis yang
namanya sudah terpajang di toko buku. Sebagai penulis pemula sekaligus pembaca
pemula. Aku merasakan gejala-gejala tak menentu yang kadang mood menulis dan membaca datang dengan
dahsyatnya. Kadang juga hilang seketika seperti musim kering tak bergairah.
Dengan berkunjung ke toko buku dan
berlama-lama menikmati atmosfer di dalamnya membuat aku semakin termotivasi.
Semoga gairah baru ini yang tak kunjung reda merasuki pori-pori hingga meresap
ke seluruh sel darah merah dan bermuara di dalam dada menjelma menjadi semangat
menulis dan membaca yang tak ada habisnya.
Aku berharap hal itu ada. Meskipun keterampilan
menulis dan membaca bukan hal yang mudah dilakukan. Karena butuh kebiasaan diri
dalam menempatkan waktu untuk bergelut dengan bahan bacaam. Menulis dan membaca
bukan perkara mudah diucapkan bibir, melainkan perkara penting yang harus
diperhatikan. Bagaimana kita bisa membiasakan diri larut di dalamnya tanpa
harus terpengaruh dengan godaan-godaan lain. Dengan begitu, kebiasaan itu
terjadi bukan karena sesuatu yang dipaksakan. Namun, karena sesuatu yang sudah
mendarah daging dan menjadi naluri kebutuhan kita dalam menyantap menu
intelektual.
Momen berada di toko buku selalu aku manfaatkan
untuk menambah semangat berkarya sastra. Gejala-gejala sakit kepala yang aku
alami disebabkan bukan persoalan antarteman atau pacar, tetapi karena memang
ada rasa kecemburan intelektual membuncah di dalam diri ini. Hal ini penting
dan bagus untuk keberlangsungan proses kreatif menulis dan proses meningkatkan
keterbacaan diri. Berharap kelak atau suatu saat ketika berkunjung ke toko
buku, kecemburuan itu tidak putus. Tetapi, ada hasil yang bisa dibanggakan
seperti buku novel karya atau kumpulan cerpen (kumcer) karyaku terpajang di
sana. Semoga saja.***
Aamiin... Saya jg suka nyeseuk klo liat nama temen terpampang di cover buku... Saya kapan, heuheu...
BalasHapus