Recent posts

Menjadi Muslim Pemberani

Desember 09, 2016 1 Comments





“Sikap pemberani adalah kekuatan jiwa. Pemiliknya dapat mengemban perkara-perkara yang mulai dan menjauh dari hal-hal hina. Kekuatan yang menjadikannya besar meskipun dia kecil, kaya dalam kemiskinannya, dan kuat dalam kelemahannya. Kekuatan yang menjadikannya memberi sebelum menerima, melaksanakan kewajiban sebelum meminta hak: Kewajiban terhadap Tuhannya, diri, dan agamanya. Tidak akan berkembang sikap pemberani yang masih kosong dan mendidik para kesatria yang saleh, kecuali dalam naungan akidah yang dan kemuliaan kukuh.”

(Dr. Yusuf Qardhawi)

1 komentar:

Calon Pemimpin Harus Berani

Desember 09, 2016 0 Comments

Dalam pemilihan kepada daerah (pilkada) serentak yang akan digelar tahun 2017, mulai bermunculan para figur calon pemimpin peserta pilkada, baik baru maupun yang lama, meramaikan suasana hajat demokrasi tersebut. Para calon pemimpin ini tak hanya berlomba-lomba tampil di media iklan menawarkan janji politik jika terpilih nanti. Bahkan ‘mendadak peduli’ dengan hadir di tengah masyarakat menjemput keluhan (aspirasi) melalui dialog dan mendengar langsung keinginan masyarakat sebagai calon pemilih. Semua itu dilakukan para calon pemimpin hanya untuk menarik simpati suara pemilih agar bisa terpilih duduk di kursi kekuasaan, dalam konteks pemimpin daerah.

Provinsi Banten dibentuk dan diresmikan sejak tahun 1999, yang secara geografis berada di ujung barat Pulau Jawa dan hasil pemekaran dari Jawa Barat, telah mengalami pasang surut pergantian pemimpin. Pada tahun 2001, pemilihan Pilgub Banten pertama kali dimenangkan Djoko-Atut untuk periode 2001-2006 (Djoko Munandar sebagai gubernur dan Ratu Atut sebaga wakil). Namun tahun 2005, Djoko terseret kasus dana perumahan senilai Rp14 miliar sehingga kepemimpinannya turun kepada Atut. Pada Pilgub 2006, Ratu Atut mencalonkan lagi bersama HM Masduki dan memenangkan pemilihan untuk periode 2006-2011. Kemudian tahun 2011, Ratu Atut naik lagi nyalon berdampingan dengan Rano Karno dan menang pemilihan untuk periode 2011-2016.

Selama hampir tiga periode dipimpin putra daerah (Djoko-Atut, Atut-Masduki, dan Atut-Rano) perkembangan pembangunan Banten jauh dari kata sejahtera. Karena paling menonjol selama perjalanan Banten sebagai provinsi baru yang berkembang adalah sisi negatifnya, yakni korupsi. Sedangkan sisi positifnya hanya berkembang di antara para kroni penguasa berupa jaringan kedudukan mapan dan akses menuju dana APBD. Lantas, apa yang didapatkan rakyat? Yakni infrastruktur bolong, akses sarana-prasarana mentok di pintu birokrasi, dan fasilitas umum berumur jagung.

Melihat kondisi seperti tersebut, jelas kepemimpinan putra daerah tak selamanya memberi kebagusan menduduki kursi kekuasaan. Justru yang ada hanya memperkaya diri sendiri untuk keluarga penguasa tersebut. Selama 16 tahun Provinsi Banten berdiri, manfaat pembangunan daerah dan kesejahteraan ekonomi masih jauh panggang dari api. Bahkan sejak kursi kepemimpinan Provinsi Banten beralih dari Ratu Atut ke Rano Karno karena Ratu Atut terlibat korupsi suap Pilkada Lebak, juga perkembangannya belum signifikan. Meskipun saat dipimpin Rano Karno (2015-2016) ada roh kebangkitan dan optimisme baru yang diembuskan, tapi dalam jangka waktu satu tahun lebih tidak cukup memberi perubahan untuk Banten.

Pemimpin Pemberani
Na’im Yusuf dalam bukunya berjudul Seberapa Berani Anda Membela Islam? (2016) menjelaskan kriteria Muslim pemberani ada tiga belas sikap, yakni mencintai masjid, menyeru ke jalan Allah, bersungguh-sungguh dan tanggap, bersikap aktif dan bertanggung jawab, bercita-cita yang tinggi, mulia dan terhormat, berani di atas kebenaran, berani, berjihad dan berkorban, teguh di atas kebenaran, sabar dan membiasakan diri, memenuhi janji dan jujur kepad Allah, serta tidak mudah putus asa dan pesimis.

Dari ketiga belas sikap pemberani yang dikriteriakan Na’im Yusuf, maka calon pemimpin Banten harus memilikinya. Salah satunya adalah sikap berani di atas kebenaran. Artinya, calon pemimpin Provinsi Banten ke depan harus berani menolak cara-cara suap atau korupsi. Sebab keterpurukan Provinsi Banten selama 16 tahun ini karena pejabatnya doyan korupsi. Kemudian calon pemimpin Provinsi Banten juga harus berani jujur dan bertanggung jawab.

Kini, mari kita tinggalkan tiga periode buruk kepemimpinan Banten yang diduduki putra daerah atau dinasti Atut. Saatnya berbenah dan bersiap diri menatap ke depan dengan membusungkan dada optimisme menyambut Pilkada Serentak 2017 yang akan digelar 12 Februari. Ada dua calon peserta pilkada di Banten, yakni Wahidin Halim-Andika Hazrumy dan Rano Karno-H Embay Mulya Syarif. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam program kerja yang dijanjikan. Kita sebagai peserta pemilih harus cerdas memilih kedua calon tersebut. Jangan mau diakali untuk memilih salah satu calon hanya karena diberi amplop berisi uang atau bentuk pemberian lainnya. Pakailah hati nurani dan otak. Siapakah di antara kedua calon tersebut berhak dan pantas memimpin Provinsi Banten? Semua kembali kepada kita. Karena masa depan Banten untuk lima tahun ke depan dan seterusnya ada  di tangan kita. Rakyat Banten!***
   
Muhzen Den adalah pemuda kelahiran Ciloang yang sedang merantau di Jakarta.

0 komentar: