Recent posts

Bincang-bincang Bersama Jack Lance

Januari 24, 2017 0 Comments

JAKARTA – Pada Rabu, 28 Desember 2016, sekitar pukul 10.00 WIB, di pelataran pintu masuk Toko Buku Gramedia Mal Central Park dipenuhi pengunjung mulai dari anak muda hingga orang tua. Mereka berjajar duduk memenuhi kursi yang disediakan panitia menghadap panggung berdekorasi backdrop warna hitam dengan gambar wajah serigala bertulis Dark Memory.
Ya, siang hari itu sedang berlangsung diskusi buku Dark Memory karya Jack Lance (penulis asal Belanda). Oleh karena itu, kesempatan mengikuti acara kreatif tersebut tidak disia-siakan oleh pengunjung Mal Sentral Park, terutama saya bersama istri. Sebab panitia menyediakan goodie bag gratis berisi buku yang didiskusikan dan kudapan. 

simbolisasi penyerahan buku Dark Memory (foto dok/pribadi)
Sebelum acara inti diskusi dimulai, terlebih dahulu ada simbolisasi serah terima buku dari pimpinan penerbit Buana Ilmu Populer (BIP) kepada Jack Lance bahwa buku Dark Memroy tersebut telah diluncurkan. Para pengujung langsung membidikkan mata kamera ponselnya mengabadikan momen tersebut.
Pada awal diskusi, Jack Lance yang jauh-jauh dari Belanda memaparkan pengalaman menarik tentang imajinasi anehnya serta proses kreatif menulis buku tersebut. “Saya menulis buku ini terdorong rasa pemikiran saya yang liar dan aneh. Terkadang saya membayangkan sebuah telur yang direbus matang kemudian ketika dikupas berisi anak ayam atau itik,” ujarnya sambil terkekeh disambut tawa peserta diskusi.
Selain itu, Jack menjelaskan proses kreatif menulis buku tersebut yang memakan waktu hampir dua tahun. Sebelumnya, Jack juga pernah menerbitkan buku novel The Day You Died diterbitkan di penerbit yang sama Buana Sastra (imprint cabang BIP) dengan genre misteri. “Selama menulis buku ini, saya sering berkhayal aneh tentang sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Karena itu, buku ini banyak terjadi revisi dari segi cerita agar lebih baik,” ujar pemilik nama asli Roy Puyn yang juga memiliki istri asli dari Makassar, Sulawesi Tengah.  
Ketika ditanya apakah Jack juga memiliki keanehan dalam hidup atau keseharian bersama keluarganya. Jack menjawab bahwa keseharian bersama keluarganya normal-normal saja. “Saya dan anak-anak biasa saja. Tapi mungkin karena imajinasi yang aneh dan menyukai cerita-cerita aneh, maka menulis novel misteri seperti itu,” katanya.
Acara diskusi selama satu jam setengah tersebut pun diakhiri. Jack dalam penutup diskusinya berharap novel yang dia tulis bisa dibaca banyak oleh masyarakat Indonesia. Acara diskusi ditutup dengan tanda tangan buku oleh penulis dan foto bersama.[Muhzen]

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: