Bincang-bincang Bersama Jack Lance
JAKARTA – Pada Rabu, 28 Desember 2016, sekitar pukul 10.00 WIB, di pelataran pintu
masuk Toko Buku Gramedia Mal Central Park dipenuhi pengunjung mulai dari anak
muda hingga orang tua. Mereka berjajar duduk memenuhi kursi yang disediakan
panitia menghadap panggung berdekorasi backdrop
warna hitam dengan gambar wajah serigala bertulis Dark Memory.
Ya, siang hari itu sedang berlangsung diskusi buku Dark Memory karya Jack Lance (penulis asal Belanda). Oleh karena
itu, kesempatan mengikuti acara kreatif tersebut tidak disia-siakan oleh
pengunjung Mal Sentral Park, terutama saya bersama istri. Sebab panitia
menyediakan goodie bag gratis berisi
buku yang didiskusikan dan kudapan.
simbolisasi penyerahan buku Dark Memory (foto dok/pribadi) |
Sebelum acara inti diskusi dimulai, terlebih dahulu ada simbolisasi serah
terima buku dari pimpinan penerbit Buana Ilmu Populer (BIP) kepada Jack Lance
bahwa buku Dark Memroy tersebut telah diluncurkan. Para pengujung langsung
membidikkan mata kamera ponselnya mengabadikan momen tersebut.
Pada awal diskusi, Jack Lance yang jauh-jauh dari Belanda memaparkan
pengalaman menarik tentang imajinasi anehnya serta proses kreatif menulis buku
tersebut. “Saya menulis buku ini terdorong rasa pemikiran saya yang liar dan
aneh. Terkadang saya membayangkan sebuah telur yang direbus matang kemudian
ketika dikupas berisi anak ayam atau itik,” ujarnya sambil terkekeh disambut
tawa peserta diskusi.
Selain itu, Jack menjelaskan proses kreatif menulis buku tersebut yang
memakan waktu hampir dua tahun. Sebelumnya, Jack juga pernah menerbitkan buku
novel The Day You Died diterbitkan di
penerbit yang sama Buana Sastra (imprint
cabang BIP) dengan genre misteri. “Selama menulis buku ini, saya sering
berkhayal aneh tentang sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Karena itu, buku
ini banyak terjadi revisi dari segi cerita agar lebih baik,” ujar pemilik nama
asli Roy Puyn yang juga memiliki istri asli dari Makassar, Sulawesi Tengah.
Ketika ditanya apakah Jack juga memiliki keanehan dalam hidup atau
keseharian bersama keluarganya. Jack menjawab bahwa keseharian bersama
keluarganya normal-normal saja. “Saya dan anak-anak biasa saja. Tapi mungkin
karena imajinasi yang aneh dan menyukai cerita-cerita aneh, maka menulis novel
misteri seperti itu,” katanya.
Acara diskusi selama satu jam setengah tersebut pun diakhiri. Jack dalam
penutup diskusinya berharap novel yang dia tulis bisa dibaca banyak oleh
masyarakat Indonesia. Acara diskusi ditutup dengan tanda tangan buku oleh
penulis dan foto bersama.[Muhzen]
0 komentar: