Menjadi Muslim Pemberani
“Sikap
pemberani adalah kekuatan jiwa. Pemiliknya dapat mengemban perkara-perkara yang
mulai dan menjauh dari hal-hal hina. Kekuatan yang menjadikannya besar meskipun
dia kecil, kaya dalam kemiskinannya, dan kuat dalam kelemahannya. Kekuatan yang
menjadikannya memberi sebelum menerima, melaksanakan kewajiban sebelum meminta
hak: Kewajiban terhadap Tuhannya, diri, dan agamanya. Tidak akan berkembang
sikap pemberani yang masih kosong dan mendidik para kesatria yang saleh,
kecuali dalam naungan akidah yang dan kemuliaan kukuh.”
(Dr. Yusuf Qardhawi)
Kutipan dari
Dr. Yusuf Qardhawi yang tertulis dalam buku Seberapa
Berani Anda Membela Islam? karya Na’im Yusuf benar-benar menohok setiap
orang yang membacanya. Terutama saya sebagai umat Islam. Apalagi dari cover dan judul buku yang tegas ini
menggambarkan suatu ajakan dan imbauan kepada kita sebagai Muslim agar
senantiasa mengilhami serta menjalankan ajaran Islam sehingga tetap tegak dan
kokoh, tidak mudah terpecah belah, dan bersatu mempertahankannya demi mencapai
keridhaan Allah SWT.
Buku Seberapa Berani Anda Membela Islam?
karya Na’im Yusuf memang membuat mata dan dada pembaca panas membara. Dalam hal
ini memacu semangat keislaman agar tetap teguh membela agama yang diwahyukan
Rasulullah SAW tersebut. Buku karya Na’im Yusuf terdiri dari tiga bab ini
berisi tentang kriteria menjadi Muslim pemberani. Ditambah dengan data riwayat
hadis Nabi Muhammad SAW yang sahih dan juga kutipan ayat Alquran sebagai
penegas serta pembenaran.
Pada Bab I, Na’im Yusuf menjelaskan langsung esensi sikap berani. Secara
bahasa ar-Rajulah (kelaki-lakian atau
berani) diambil dari akar kata ar-Rajul. Kata ar-Rajul adalah sinonim kata adz-dzakar
yang bermakna laki-laki atau anonim dari kata al-mar’ah bermakna perempuan (hlm 2). Makna berani bukan merujuk
fisik (membedakan laki-laki dengan perempuan) melainkan pengambilan sikap, baik
laki-laki maupun perempuan dalam berilmu dan berwawasan. Kata ar-Rujulah
disematkan kepada seseorang yang memiliki sikap pemberani, seperti sikap yang
sudah seharusnya ada pada laki-laki (hlm 3).
Oleh karena
itu, kata berani (ar-Rujulah) memiliki makna begitu luas bukan
sekadar tertuju pada satu makna sempit. Sebab sikap pemberani memang menjadi
kebutuhan umat untuk memberikan sebuah ide-ide brilian dan keputusan yang tegas
dan benar sesuai dengan ajaran agama Islam. Inilah yang dicita-citakan
Rasulullah terhadap umatnya agar senantiasa menjadi pribadi Muslim
pemberani melawan kebatilan demi tegaknya kebenaran.
Pada Bab II, buku ini
secara detail menggambarkan kriteria Muslim pemberani ada tiga belas sikap,
yakni mencintai masjid, menyeru ke jalan Allah, bersungguh-sungguh dan tanggap,
bersikap aktif dan bertanggung jawab, bercita-cita tinggi, mulai dan terhormat,
berani di atas kebenaran, berani, berjihad dan berkorban, teguh di atas
kebenaran, sabar dan membiasakan diri, memenuhi janji dan jujur kepada Allah,
serta tidak muda ‘putus asa’ dan ‘pesimis’.
Ketiga belas
kriteria sikap pemberani tersebut merupakan sikap yang harus dimiliki dan ada
dalam diri setiap Muslim. Dengan begitu, umat Islam tidak mudah diadu domba dan
dihasut. Karena Muslim pemberani adalah Muslim yang memiliki prinsip baik (akidah)
dalam menjalankan perintah agama. Keberanian adalah kemampuan mengelola risiko.
Keberanian yang terbaik adalah memiliki daya tahan besar, berterus terang dalam
kebenaran, mampu menyimpan rahasia, mengakui kesalahan, bersikap objektif
terhadap diri sendiri, dan menahan nafsu di saat marah (hlm 144).
Selain itu,
menjadi Muslim pemberani memang tidak mudah atau tidak hanya sekadar
menjadi penonton saat kemungkaran dan kezaliman merajalela. Karena menjadi
Muslim pemberani adalah Muslim yang berbuat aktif demi menegakkan kebenaran dan
menghancurkan kemungkaran. Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin para pemberani.
Pada saat genting, dialah orang yang dicari. Bahkan dia siap menderita dalam
menghadapi kemiskinan dan kesusahan (hlm 144).
Sikap
teladan pemimpin pemberani sudah dicontohkan Rasulullah yang berani berisiko,
bahkan berani menjadi orang pertama kali dicari-cari hanya untuk
mempertanggungjawabkan sebuah tindakannya. Selama tindakan tersebut masih di jalur
kebenaran. Tidak hanya itu, Muslim pemberani juga harus jujur dan rela
berkorban di jalan Allah SWT. Karena setiap tindakan atau perbuatan yang benar
ditujukan atas nama Rasulullah SAW dan Allah SWT akan berbuah keberhasilan,
baik di dunia dan akhirat.
Pada Bab III
atau penutup, Na’im Yusuf menjelaskan bahwa Muslim harus saling
bersatu mempertahankan dan menyebarkan ajaran Islam di muka bumi ini. Sebab
orang-orang di luar Islam, sangat murka dan bahagia bila sesama Muslim saling
bermusuhan. Dentuman-dentuman yang diledakkan musuh-musuh Islam mengharuskan
kaum Muslim mengambil qudwah dan uswah dari para pendahulu mereka, yaitu orang-orang
yang langsung mengimani dakwah Islam dan dibenarkan hati mereka (hlm 268).
Jika kita
melakukan sesuatu yang benar dengan mengimani ajaran Islam dan membelanya dari
ancaman kaum munafik dan kafir merupakan perintah Rasulullah yang sudah
dilakukan sejak zaman dahulu. Rasulullah beserta para sahabat juga merupakan
teladan dan figur Muslim pemberani bagi kita sebagai Muslim.
Buku Seberapa Berani Anda Membela Islam?
karya Na’im Yusuf ini cocok dibaca para Muslim negeri ini untuk saling
mengingatkan dan menyerukan kebaikan di jalan kebenaran. Sebab satu nilai
kebaikan yang disebarkan untuk umat adalah penerang jalan hidup pada masa depan.***
Judul : Seberapa Berani Anda Membela Islam?
Penulis : Na’im Yusuf
Penerbit : Maghfirah Pustaka
Cetak : Mei 2016
Tebal : 288 hlm
Judul : Seberapa Berani Anda Membela Islam?
Penulis : Na’im Yusuf
Penerbit : Maghfirah Pustaka
Cetak : Mei 2016
Tebal : 288 hlm
Di zaman sekarang memang sangat dibutuhkan muslim yang pemberani. Selain untuk tetap menjaga ideologi/aqidahnya, juga agar mampu menjadi unggul di segala bidang (ilmu pengetahuan/teknologi, ekonomi, sosial, dll). Karena bagaimanapun itu sangat penting.
BalasHapus