Recent posts

Pedagang Kecil Harus Berdaya

November 22, 2017 3 Comments

Krisis moneter tahun 1998 akibat peristiwa lengsernya Orde Baru telah membuat perekonomian negeri ini ambruk. Namun, dibalik krisis ekonomi itu, ternyata tidak berpengaruh terhadap perekonomian kecil yang tidak terlihat publik, yakni para pedagang kecil (usaha mikro kecil dan menengah).
Oleh karena itu, pedagang kelas ekonomi kecil ini seolah memberikan harapan baru terhadap negara yang belum stabil secara politik-ekonomi pasca 1998 lalu. Dengan demikian, tanpa kita sadari bahwa fondasi sesungguhnya kebangkitan ekonomi nasional berada pada tulang punggung mereka, para pedagang kecil (pedagang warung dan sejenisnya).
Setahun pascakrisis moneter, tepatnya tahun 1999, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk didirikan sebagai perusahaan ritel modern menjadi pelopor perdagangan modern dengan sistem ekonomi berjejaring. Salah satunya kita ketahui adalah Alfamart, sebuah ritel yang mengelola, menjual, dan pemasaran produknya secara modern.
Alfamart sudah berdiri hampir dua puluh dan menguasai jaringan ekonomi ritel di seluruh Indonesia. Bahkan, hampir di setiap kota/kabupaten hingga perdesaan, Alfamart hadir memudahkan para pembeli, baik pembeli biasa (sekadar beli untuk kebutuhan sehari-hari) dan pembeli luar biasa (sekadar beli untuk kebutuhan warungnya atau tempat usahanya sehingga bisa dijual lagi).
Melalui program perusahaan tanggung jawab sosial atau company responsibility social (CSR), Alfamart sebagai perusahaan ritel berupaya merangkul para pedagang kecil/ warung untuk dibina dan diberdayakan menjadi pelaku ekonomi yang andal. Tepatnya pada Senin, 20 November 2017, di Kantor Cabang Karawang, Jawa Barat, diselenggarakan Pelatihan Manajemen Titel Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sebanyak 30-an peserta berasal dari pedagang warung/UMKM hadir di acara tersebut.

Branch Corporate Communication Elisa Refila./dok-pribadi
Acara pelatihan manajemen ritel dimulai pukul 10.00 WIB. Acara tersebut dibuka Branch Corporate Communication Elisa Refila. Menurut Elisa, kegiatan pelatihan ini merupakan program terakhir tahun 2017 ini yang diadakan. Harapannya dengan pelatihan ini para anggota pelanggan Alfamart atau anggota program SSP (Store Sales Point) mengetahui dan memahami cara-cara modern dalam mengelola dan memajukan usaha dagangnya.

Sambutan Member Relation Manager Doni Rahmat./dok-pribadi
Kemudian acar dilanjutkan dengan sambutan dari Member Relation Manager Alfamart Cabang Karawang Doni Rahmat. Menurut Doni, kesalahan selama ini yang diderita pemilik usaha warung bangkrut karena kurang wawasan dalam mengelola modal usaha dengan baik.
“Pemilik warung kurang bisa melakukan pencatatan modal usaha dengan biaya operasional yang digunakan sehari-hari sehingga usahanya tidak maju-maju,” ujar Doni dengan pengalamannya sebagai pegawai yang berkecimpung di dunia ritel tersebut.
Karena itu, Alfamart mengadakan pelatihan manajemen ritel ingin memajukan para pedagang kecil, terutama pemilik usaha warung untuk bersama-sama meningkatkan kualitas ekonominya sebagai sumber usaha serta membuka lapangan pekerjaan baru.

Akmal Maulana saat menyampakian metari pelatihan./dok-pribadi
Sementara Akmal Maulana selaku Member Relation Coordinator untuk wilayah Subang-Karawang dan narasumber pelatihan manajemen ritel mengatakan, membuka usaha dagang harus mengetahui dan mempunyai wawasan cara mengelola usahanya, baik modal usaha maupun cara memasarkannya. Alfamart sebagai ritel modern tentu memperhatikan hal-hal semacam itu sehingga produk yang dijualnya laku di pasaran. Begitu juga dengan para pemilik usaha warung dan UMKM. Mereka harus paham produk apa yang akan dijual, apakah pembeli berminat membeli, bagaimana dengan penyajian dan pelayanannya, cara menyajikan/memajang produk dagangan agar pembeli berminat, dan lainnya.
“Hal-hal semacam itu penting untuk memajukan usaha kita. Dengan begitu, Bapak-Ibu sebagai pemilik warung bisa untung. Namun, agar tidak mengecewakan pelanggan atau pembeli, Bapak-Ibu jangan terlalu besar mengambil untung besar dalam menjual produk dagangan. Meskipun persaingan pasar itu ada, tetapi sebisa mungkin kita mengambil untuk sekitar 10–20 persen sehingga pembeli puas,” ujar Akmal sembari menambahkan bahwa pemilihan produk dagangan juga berpengaruh terhadap warung usaha.
“Memilih produk yang akan kita jual juga harus selektif. Misalnya di warung Bapak-Ibu yang laku apa? Kita harus tahu produk-produk tersebut. Dengan begitu, usaha warungnya maju dan berkembang,” ujarnya.

Akmal Maulana saat berinteraksi dengan peserta./dok-pribadi
Dalam penyampaian materi itu, Akmal berupaya juga menampung keluhan para peserta yang mayoritas pedagang kecil/warung. Beberapa kali Akmal harus berkoordinasi dengan rekan-rekannya di Alfamart agar segera melayani para pelanggan sehingga merasa terakomodasi.
Para peserta banyak bertanya terkait materi pelatihan manajemen ritel tersebut. Salah satunya terkait produk tertera di Alfamart, tapi tidak tertera di aplikasi android program SSP. Selain itu, peserta juga menanyakan bagaimana mengelola dagangannya dan mengelola persediaan produk serta pertanyaan lainnya yang masih terkait dengan materi pelatihan tersebut.
Akmal pun menjawab apa yang ditanyakan para peserta. Menurutnya, mengelola usaha dagang atau warung harus detail mulai dari administrasi keuangan/modal hingga pelayanan. Dengan begitu, usaha warung akan maju dan dikunjungi pembeli karena mereka/para pembeli merasa membeli produk yang harga murah/terjangkau sesuai dengan kebutuhan.
“Kemudian pembeli merasa nyaman dilayani karena penjualnya ramah. Produk-produknya bermutu dan higienis. Selain itu, tempat atau warung yang kita punya juga harus bersih sehingga pembeli betah berlama-lama di sana, ya seperti di Alfamart. Banyak kan pembeli yang datang, meskipun hanya untuk ngadem karena ada AC,” ujarnya sambil bercanda sehingga disambut tawa para peserta yang hadir.
Pelatihan manajemen ritel selama dua jam tersebut pun harus selesai. Para peserta merasa mendapatkan wawasan tentang mengelola usaha warung atau dagangannya. Acara pun ditutup dengan foto bersama narasumber dan panitia. (*muhzen)

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

3 komentar:

  1. Pelatihannya bagus, semoga berkelanjutan ya..

    BalasHapus
  2. Setuju banget, mesti ada pemahaman dalam dunia usaha secara detail
    Sangat bermanfaat pelayanan semacam ini

    BalasHapus
  3. Kewajiban ritel besar untuk memberdayakan para pedagang kecil. Jangan hanya mau diajak untuk membeli, tapi juga diajak untuk berdaya. Hatur nuhun atas kunjungannya Teh Lina Astuti dan Sie-thi Nurjanah.

    BalasHapus