Diskusi Mengupas Eyang Habibie
Foto Dokumen Pribadi |
JAKARTA – Membicara eyang tidak akan
pernah cukup dalam satu sudut pandang. Apalagi menuliskan setiap jejak hidupnya
kemudian diterbitkan dalam bentuk buku. Sosok eyang satu ini memang berbeda.
Meskipun bertubuh tidak tinggi, tetapi eyang ini memiliki otak yang besar
(cerdas), pendirian kuat, dan semangat kokoh meraih cita-citanya demi kemajuan
bangsa. Ia adalah Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie).
Pada
pagi itu, Minggu (7/82016) sekitar pukul 10.00 WIB, Eyang Habibie memang tidak
hadir di ruang Museum Bank Mandiri. Namun, namanya disebut-sebut oleh dua orang
narasumber dalam sesi I Diskusi Publik Menggali Insiprasi dari 80 Tahun Habibie
dengan tema “Mengulik Kepribadian Eyang Habibie dalam Meraih Sukses” yang
diselenggarakan Forum Lingkar Pena.
“Berbicara
tentang beliau memang tidak pernah cukup. Seperti hal saya menuliskan riwayat
beliau. Saya bersama tim penulis menulis buku Habibie The Series untuk
mendokumentasikan kiprah beliau yang memotivasi dan menginspirasi,” kata Andi
Makmur Makka selaku narasumber dan pengurus Habibie Center.
Menurut
Andi, setiap ulang tahun selalu memberi kejutan dengan menuliskan buku tentang beliau.
Meskipun Eyang Habibie pun ikut menuliskan tentang kisah hidup dan cintanya
bersama almarhum istrinya (Hasri Ainun Habibie) berjudul Habibie&Ainun yang
laris terjual hingga difilmkan dengan judul sama menembus sekitar 5 juta
penonton. Selain itu, kata dia, ternyata Ibu Ainun itu adalah penggemar
sinetron Cinta Fitri. Itu keunikan yang tidak diketahui selama ini.
“Karena
itu, pada usia beliau menginjak 80 tahun. Saya berpikir agar bisa menerbitkan
buku tentang beliau. Saya dibantu tim penulis lainnya mengumpulkan data dan
riset tentang beliau. Setelah jadi, saya mencari penerbit yang mau
menerbitkankan sehingga bertemulah Penerbit Tiga Serangkai, Solo,” ujarnya yang
kini menjabat Staf Ahli Menristek.
Sementara
Sutanto Sastrareja selaku tim penulis mengatakan, penulis buku Habibie The
Series ini hanya selama dua bulan. Saat itu Sutanto sedang ada di Kota
Toulouse, Prancis.
“Eyang
Habibie ini ibarat fungsi dalam sebuah teori matematika dan juga fungsi dalam
pemikiran. Saya sebelum menulis buku ini, menulis beberapa catatan tentang
beliau dan diunggah ke media sosial agar orang tahu. Anak saya tahu Pak Habibie
itu dari film Habibie&Ainun. Andai saja tidak ada film tersebut, mungkin
ketokohan beliau yang besar akan tenggalam, maka buku dan film mendokumetasi
beliau agar generasi bangsa ini mengambil semangat, kerja keras, dan sisi
positif beliau,” ujarnya yang juga dosen UNS Solo ini.
Selain
itu, Sutanto menjelaskan bahwa kesuksesan Eyang Habibie karena beliau memiliki
tiga kemampuan, yakni kemampuan akademik yang baik, kemampuan psikologi
nasionalis yang selalu cinta pada negeri ini, dan kemampuan sosiologis yang
mudah berbaur untuk berdiskusi.
Boim
Lebon (penulis buku novel) yang menjadi moderator diskusi publik tersebut
membuka dua termin pertanyaan untuk para peserta yang hadir sekitar 60
tersebut. Karena banyak yang bertanya, maka diambil empat penanya. Setiap
peserta menanyakan hal tidak jauh dari kiprah Eyang Habibie, seperti selama
berkuasa menjadi presiden (setahun lima bulan), semangat etos belajar yang
kuat, mengubah pola pikir generasi pemuda yang malas, dan terkait pelepasan
Timor Timur (Timor Leste). Empat pertanyaan tersebut dijawab dengan baik oleh
dua narasumber hingga acara pun selesai ditutup sekitar pukul 12.00 WIB. (Muhzen)
0 komentar: