Mengajak Denji Jalan-jalan
Namun, sebelum melakukan perjalanan jauh, kami pun melakukan latihan dengan mengajak Denji keliling dusun atau ke tempat-tempat tak jauh dari rumah. Saya kalau sedang libur kerja dan pulang ke rumah, selalu mengajak Bidadari Angin dan Denji untuk joging pagi. Biasanya pagi adalah waktu yang baik untuk kami. Selain itu, sesekali Bidadari Angin mengajak Denji ke pasar (kebetulan rumah mertua/istri dekat pasar) sehingga juga bisa dijadikan latihan adaptasi Denji dalam mengenal dunia baru di sekitarnya.
Di Stasiun Cikampek/dok/pribadi. |
Ketika Denji menginjak usia empat bulan enam hari, tepatnya pada Sabtu 25 November 2017, saya dan Bidadari Angin mengajak Denji naik kereta api lokal (jurusan Purwakarta-Tanjung Priok Jakarta). Hal ini saya dan Bidadari Angin rencanakan jauh-jauh hari sehingga ada persiapan. Bahkan, kami harus melalui diskusi panjang terkait rencana mengajak Denji naik kereta api atau jalan-jalan di luar rumah.
Karena itu, saat akan ajak Denji jalan-jalan naik kereta api, saya bangun sebelum azan subuh. Mandi, salat subuh, dan membangunkan Bidadari Angin. Atau kalau Denji sudah bangun, menemaninya bermain.
Pukul 05.30 WIB atau setengah enam pagi, saya, Bidadari Angin, dan Denji berangkat ke stasiun berjalan kaki. Jarak stasiun dari rumah sekitar 300-an meter. Kami akan naik kereta api yang berangkat jam enam pagi.
Awalnya Denji tampak terbengong-bengong ketika diajak ke stasiun. Denji agak sedikit terkesima entah kaget atau apa. Dia nggak rewel. Hanya saja pandangan matanya membelalak melihat sekitar yang masih baru bagi Denji. Saya dan Bidadari Angin berupaya menghibur dan mengajak Denji berkomunikasi untuk mengurangi keterkejutannya. Dengan begitu, Denji tidak akan rewel atau meronta-ronta dari gendongan Bidadari Angin.
Pukul 05.45, kami sudah berada di Stasiun Cikampek. Beberapa kali dalam perjalanan menuju ke stasiun, saya abadikan momen Denji dan Ibunya (Bidadari Angin) dalam kamera ponsel. Kemudian saya beli tiket kereta api seharga Rp6.000 per orang. Saya beli untuk dua orang. Setelah itu, masuk ke area stasiun untuk menunggu datangnya kereta api.
Kereta api jurusan Tanjung Priok tiba di Stasiun Cikampek pukul 06.10 dan berada di jalur lima. Kami langsung naik dan mencari tempat duduk. Kebetulan penumpang kereta api pada pagi itu tidak banyak. Kami memilih kursi untuk tiga orang. Sesekali saya dan Bidadari Angin mengajak Denji berdialog untuk memperkenalkan bahwa dirinya sudah berada di dalam kereta api.
Di kereta api, saya dan Bidadari Angin bertegur sapa dengan penumpang lain. Denji tampak mengamati keadaan sekitar sambil juga memandangi jendela yang menampakkan keadaan di luar kala kereta api mulai berjalan. Alhamdulillah, rencana mengajak Denji jalan-jalan naik kereta api berhasil. Karena Denji tidak rewel atau mengalami sesuatu hal. Saya dan Bidadari Angin senang dan berhasil karena sudah memperkenalkan Denji dengan dunia luar, terutama mengenal dia dengan moda transportasi darat seperti kereta api ini. Kami berhenti dan turun di Stasiun Kosambi (masih di wilayah Kabupaten Karawang).
Angkot
Perjalanan naik kereta api kami hentikan hanya sampai di Stasiun Kosambi. Bagi kami ini lebih dari cukup untuk latihan Denji mengenalkan kereta api. Di Stasiun Kosambi, kami tidak langsung buru-buru pulang, tapi menikmati suasana pagi di stasiun tersebut. Lagi-lagi, saya mengabadikan momen Denji dan Ibunya di stasiun itu. Sekitar lima belas menit, kami keluar stasiun untuk pulang. Sebelum naik angkot (mobil angkutan kota), saya, Bidadari Angin, dan Denji duduk di warung penjual makanan dan minuman.
Suasana di Kosambi (masuk Kecamatan Klari, Karawang), di jalan protokol tampak hiruk pikuk kendaraan, baik besar dan kecil, menambah riuh pagi itu. Karena memang sedang jamnya anak-anak berangkat sekolah, para karyawan berangkat kerja, dan pedagang-pembeli saling tawar-menawar barang. Sementara kami menikmati suasana tersebut dengan ceria. Namun pagi itu, tepatnya sekitar pukul 07.00, juga jamnya Denji tidur. Beberapa menit beristirahat, saya menyetop angkot untuk membawa kami pulang ke Cikampek. Lagi-lagi, di dalam angkot awalnya Denji tampak terkagum-kagum, tapi lama-lama matanya tertutup dan tidur saat angkot menembus keramaian jalan kota. Sepertinya Denji lelah sehingga menikmati guncangan naik angkot dalam buaian Ibunya sambil menikmati mimpi paginya.
Bagi kami mengenalkan Denji pada hal-hal baru adalah bagian dari cara mendidiknya. Sebab ketika nanti Denji sudah besar, akan ada pengalaman di dalam dirinya bahwa dulu ayah-ibunya pernah membawanya jalan-jalan mengenal suasana dan tempat baru, bahkan orang-orang baru. Dengan begitu, kelak Denji ketika sudah remaja hingga dewasa tidak kaget dengan situasi ramai dan semrawut. Karena Denji telah mengawali langkahnya untuk berjalan. Selamat wahai pejalan!
Denji dan Ibunya saat di kereta api/dok/pribadi. |
Di kereta api, saya dan Bidadari Angin bertegur sapa dengan penumpang lain. Denji tampak mengamati keadaan sekitar sambil juga memandangi jendela yang menampakkan keadaan di luar kala kereta api mulai berjalan. Alhamdulillah, rencana mengajak Denji jalan-jalan naik kereta api berhasil. Karena Denji tidak rewel atau mengalami sesuatu hal. Saya dan Bidadari Angin senang dan berhasil karena sudah memperkenalkan Denji dengan dunia luar, terutama mengenal dia dengan moda transportasi darat seperti kereta api ini. Kami berhenti dan turun di Stasiun Kosambi (masih di wilayah Kabupaten Karawang).
Angkot
Perjalanan naik kereta api kami hentikan hanya sampai di Stasiun Kosambi. Bagi kami ini lebih dari cukup untuk latihan Denji mengenalkan kereta api. Di Stasiun Kosambi, kami tidak langsung buru-buru pulang, tapi menikmati suasana pagi di stasiun tersebut. Lagi-lagi, saya mengabadikan momen Denji dan Ibunya di stasiun itu. Sekitar lima belas menit, kami keluar stasiun untuk pulang. Sebelum naik angkot (mobil angkutan kota), saya, Bidadari Angin, dan Denji duduk di warung penjual makanan dan minuman.
Denji saat di angkota menuju pulang/dok/pribadi. |
Bagi kami mengenalkan Denji pada hal-hal baru adalah bagian dari cara mendidiknya. Sebab ketika nanti Denji sudah besar, akan ada pengalaman di dalam dirinya bahwa dulu ayah-ibunya pernah membawanya jalan-jalan mengenal suasana dan tempat baru, bahkan orang-orang baru. Dengan begitu, kelak Denji ketika sudah remaja hingga dewasa tidak kaget dengan situasi ramai dan semrawut. Karena Denji telah mengawali langkahnya untuk berjalan. Selamat wahai pejalan!
Senangnya kalau anak anteng pas diajak jalan.. salam buat istri ya pak..
BalasHapusKarena jarak naik kereta apinya nggak jauh, Mbak Fauziah Rachmawati, jadi Denji nggak rewel. Tapi Alhamdulillah, ini bagian dari ikhtiar dalam mendidik anak. Terima kasih.
BalasHapusBidadari Angin.. suka ikh sebutannya..
BalasHapusSemoga samawa.. :)